Rabu, 12 September 2012

Otto Iskandar Dinata


Raden  Otto Iskandar Dinata lahir di BandungJawa Barat31 Maret1897. Ayah Otto adalah keturunan bangsawan Sunda bernama Nataatmadja. Otto adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara.
Otto menempuh pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School(HIS) Bandung, kemudian melanjutkan di Kweekschool Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) Bandung, serta di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di PurworejoJawa Tengah. Setelah selesai bersekolah, Otto menjadi guru HIS di BanjarnegaraJawa Tengah. Pada bulan Juli 1920, Otto pindah ke Bandung dan mengajar di HIS bersubsidi serta perkumpulan Perguruan Rakyat, tiga tahun
kemudian pindah ke Pekalongan.
Perhatiannya terhadap pergerakan bangsanya dimulai ketika masih belajar di HKS. Sewaktu bertugas di Pekalongan tahun 1925 Otto menerjunkan diri ke dalam organisasi Budi Utomo dan menjadi anggota Dewan Kota Pekalongan mewakili Budi Utomo. Sebagai anggota Dewan Kota, ia berjuang untuk memperbaiki kehidupan rakyat.
Kegiatan Otto dalam Budi Utomo, menjadi perhatian pemerintah, sehingga setiap diadakan rapat di rumahnya, selalu diintai oleh reserse. Namun sewaktu-waktu Otto mengajak reserse untuk mengikuti rapat. Akhirnya reserse yang dimaksud berniat masuk anggota Budi Utomo.
Nama Otto semakin populer dan ia mencemaskan pemerintah Belanda. Akhirnya pada tahun 1928 ia dipindah ke Jakarta dan sebelum dipindah ia sempat memprakarsai berdirinya "Sekolah Kartini".
Di Jakarta, ia bekerja sebagai guru Muhammadiyah, dan masih giat di bidang politik. Ia menjadi anggota "Paguyuban Pasundan" dan tidak lama kemudian dipilih sebagai pimpinannya. Di bawah pimpinan Otto, organisasi ini makin berkembang. Paguyuban ini berhasil mendirikan sekolah dari tingkat dasar sampai sekolah menengah dan kemudian berhasil mendirikan Bank Pasundan.
Di samping itu "Paguyuban Pasundan" masuk anggauta PPPKI (Permufakatan Partai-Partai Politik Kebangsaan Indonesia). Dalam konggresnya di Surabaya pada tahun 1932, ia terpilih menjadi Sekertaris PPPKI di bawah Ketua M.H. Thamrin.
           
Tahun 1930 Otto dipilih menjadi anggauta Volksraad (Dewan Rakyat), mewakili "Paguyuban Pasundan". Karena keberaniannya, Otto dijuluki "Si Jalak Harupat". Ia mencoba meyakinkan pemerintah Belanda bahwa pada suatu saat Indonesia pasti merdeka.
Karena pidato-pidatonya yang pedas mengecam pemerintah, menyebabkan ia pada tahun 1935 ditarik dari Volkstraad. Selanjutnya perhatiannya dicurahkan kepada "Paguyuban Pasundan". Di samping itu Otto memimpin warta harian berbahasa Sunda "Sipatahunan", di Bandung. Surat kabar ini banyak memuat kecaman-kecaman pemerintah Belanda.
Waktu partai-partai politik dan organisasi lainnya membentuk GAPI (Gabungan Partai-Partai Indonesia) dengan tuntutannya "Indonesia Berparlemen", ia masuk jadi anggauta mewakili "Paguyuban Pasundan". Dalam konggres GAPI di Yogyakarta, dibentuk Majelis Rakyat Indonesia" sebagai Parlemen Rakyat, Otto duduk dalam majelis ini sebagai wakil GAPI.
Awal Maret 1942, pasukan Jepang mendarat di P.Jawa, Belanda tidak mampu menahan sehingga 8 Maret 1942 pemerintah Hindia Belanda bertekuk lutut. Jepang membubarkan partai-partai politik dan semua organisasi termasuk Paguyuban Pasundan. Untuk menyelamatkan kekayaan organisasi tersebut Otto mendirikan "Badan Usaha Pasundan".
Otto tidak dapat mengelak kerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang. Otto duduk dalam Putera (Pusat Tenaga Rakyat) di bawah pimpinan empat serangkai (Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hadjar Dewantara dan K.H.Mas Mansyur).
Kemudian Otto diangkat menjadi anggota "Jawa Hokokai". Pada waktu Jepang meresmikan berdirinya "Peta" tentara "Pembela Tanah Air", Otto menyokong usaha tersebut bahkan puteranya, Sentot jadi anggautanya.
Kekalahan demi kekalahan yang dialami oleh Jepang tahun 1943, menyebabkan mereka bersikap merangkul penduduk. Untuk itu dibentuk sebudah badan yang disebut "Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia". Pada awal Agustus 1945 badan itu dibubarkan dan dibentuk badan baru yaitu "Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia" (PPKI), Otto duduk dalam badan ini sebagai anggota.
Situasi berkembang cepat dan pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tiga hari kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.
Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI bersidang untuk mengesahkan UUD yang sekarang dikenal UUD 45. Dalam sidang, Otto mengusulkan Bung Karno dipilih sebagai Presiden dan Bung Hatta sebagai Wakil Presiden.
Dalam Kabinet RI pertama yang berbentuk kabinet Presidentil, Otto diangkat menjadi Menteri Negara. Di samping itu ia juga memimpin "Badan Pembantu Prajurit", serta aktif membentuk "Badan Keamanan Rakyat" (BKR) yang kelak berkembang menjadi TKR dan kemudian menjadi ABRI.
Pada bulan Oktober 1945 Otto kedatangan tamu, dan tamu tersebut mengajaknya ke suatu tempat. Tanpa curiga ia memenuhi permintaannya, dan sejak saat itulah Otto tidak pernah kembali. Di kemudian hari diketahui tanggal 20 Desember 1945, Otto dibunuh di Pantai Masuk di Banten dan dimakamkan di Lembang. Sebagai penghargaan pemerintah, Otto dianugerahi gelar Pahlawan Nasional

Hal-hal yang menarik dari seorang Otto Iskandar Dinata :
1.      Setelah beliau menyelesaikan pendidikanya di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas), beliau langsung memutuskan untuk menjadi seorang guru dan mengajar di Hollandsch-Inlandsche School.
2.      Dalam pengabdiannya di HIS, beliau menerjunkan diri ke dalam organisasi Budi Utomo dan menjadi anggota Dewan Kota Pekalongan mewakili Budi Utomo. Sebagai anggota Dewan Kota, ia berjuang untuk memperbaiki kehidupan rakyat.
3.      Keberadaannya di Budi Utomo, berhasil membuat pemerintah Belanda cemas akan keberadaan organisasi Budi Utomo.
4.      Beliau dapat memprakarsai berdirinya "Sekolah Kartini".
5.      Beliau dapat menjadi ketua Paguyuban Pasundan, dan di bawah pimpinan beliau, organisasi ini makin berkembang.
6.      Tahun 1930 beliau dipilih menjadi anggauta Volksraad (Dewan Rakyat), mewakili "Paguyuban Pasundan". Karena keberaniannya, beliau dijuluki "Si Jalak Harupat". beliau mencoba meyakinkan pemerintah Belanda bahwa pada suatu saat Indonesia pasti merdeka.
7.      Beliau dapat mnejadi anggota PPKI (Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
8.      Beliaulah yang mengusulkan Bung Karno dipilih sebagai Presiden dan Bung Hatta sebagai Wakil Presiden.
9.      Dalam Kabinet RI pertama yang berbentuk kabinet Presidentil, beliau diangkat menjadi Menteri Negara. Di samping itu beliau juga memimpin "Badan Pembantu Prajurit", serta aktif membentuk "Badan Keamanan Rakyat" (BKR) yang berkembang menjadi TKR dan kini menjadi ABRI.

Hal-hal yang dapat dijadikan suri tauladan dari seorang Otto Iskandar Dinata :
1.      Kita harus dapat mengabdi kepada Negara dengan gigih dan pantang menyerah
2.      Selalu aktif dalam bidang Organisasi baik sebagai anggota maupun sebagai ketua.
3.      Selalu membuat ide-ide cemerlang dalam membangun pendidikan NKRI
4.      Beliau mempunyai semangat juang yang tinggi.
5.      Keberanian beliau menolak pemerintahan Belanda di Indonesia.

Jiwa muda yang berkobar-kobar pada diri Otto Iskandar Dinata, yang diaplikasikannya dengan cara aktif dalam berorganisasi, sama halnya dengan diri saya yang memiliki semangat tinggi dan selalu aktis dalam organisasi.
Namun keberanian yang dimiliki Otto Iskandar Dinata dalam menolak pemerintahan belanda, dan megutarakan pendapatnya di muka umum belum dapat saya aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari saya. Tetapi saya berharap suatu hari nanti saya dapat menjadi sosok Otto Iskandar Dinata muda yang aktif dan berani.

0 komentar: